Tuesday, January 3, 2012

The Happiness Project

.. If you want to be happy, be ..
Leo Tolstoy Russian moral Thinker, Novelist and Philosopher)


Saya menulis ini dengan mata separuh terpejam. Tahun 2011 baru saja bergeser, dan perayaannya saya lewati dengan sangat sederhana. Menjadi berbeda karena saya melewati pergantian tahun di kota baru dengan teman-teman baru. Sementara yang lain masih sibuk ‘beberes’ semua peralatan sisa perayaan tadi, saya buru-buru masuk kamar (hihihi), berniat sedikit menuangkan resolusi untuk tahun baru ini.  Bukan resolusi yang ‘benar-benar baru’ sebenarnya, melainkan resolusi lama yang diperbarui semangatnya. Meminjam judul buku best sellernya Gretchen Rubin, saya juga memberi judul yang sama untuk catatan ini, The Happiness Project.

Sejak sore tadi, sebelum berniat menulis ini, saya teringat film Pursuit of Happines, ada satu bagian dimana Chris Gardner (Will Smith) bergumam pada dirinya sendiri, saat kemalangan hidup menghantamnya berkali-kali :

“It was right then that I started thinking about Thomas Jefferson on the Declaration of Independence and the part about our right to life, liberty, and the pursuit of happiness.
  And I remember thinking how did he know to put the ‘pursuit’ part in there?
  That maybe happiness is something that we can only pursue and maybe we can actually never have it. No matter what. How did he know?”

Kebahagiaan sudah barang tentu menjadi cita-cita akhir setiap orang dalam hidupnya. Banyak cara dan upaya di lakukan-bahkan dipaksakan- untuk sekedar mengejar entitas berlabel ‘bahagia’. Usia saya boleh jadi belum genap seperempat abad, tapi soal ‘mengejar bahagia’, rasanya saya tahu pasti rute mana yang harus saya tempuh.

Bukankah  sudah menjadi awal yang ‘membahagiakan’, ketika kita menyadari apa yang paling kita inginkan dalam menapaki hidup? Dan andai saja Thomas Jefferson benar, maka kita harus melakukan pengejaran terus menerus, demi mencipta bahagia- yang tak pernah benar-benar kita miliki-, karena memang sesungguhnya, tak ada elemen tunggal di semesta ini. Siang dilengkapi malam, perempuan diseimbangkan lelaki, begitu pula bahagia yang diselingi duka.

Dalam benak, sudah terbayang beberapa hal esensial yang ingin saya wujudkan tahun ini. Secara acak, inilah hal-hal esensial yang sederhana itu, yang ingin saya bawa melintas dari angan menjadi kenyataan, -sekali lagi untuk mengejar/ mencipta bahagia- .

1.      Bawean Menyala

Saya luar biasa patah hati ketika tak bisa mengikuti program Indonesia Mengajar. Informasi mengenai program itu saya dapatkan nyaris persis ketika SK penempatan kerja saya turun. Untuk menebusnya, saya beralih hati ke program turunannya, Indonesia Menyala . Pertengahan tahun, saya pernah berniat untuk melakukan hal yang sama pada seorang teman pengajar muda di NTT, namun ketika  mengetahui bahwa Pulau Bawean menjadi satu-satunya daerah di Jawa (Gresik, Jawa Timur)  yang menjadi tujuan Indonesia Mengajar, maka saya merubah arah membantu Bawean.

Adalah Evi, koordinator area untuk Penyala Bawean yang sudah berhasil saya hubungi. Dan tanpa rencana apa-apa sebelumnya, saya menawarkan diri menjadi koordinator perintis untuk Penyala Tulungagung, Kediri dan Trenggalek. Doakan ya, saya segera bisa mengumpulkan buku-buku untuk anak-anak di Pulau Bawean. Atau jika ada yang membaca ini dan tergerak hatinya untuk membantu, saya akan lebih bahagia lagi ..

Potret 'kesederhanaan' infrastuktur sekolah dasar di Pulau Bawean


Mereka asyik membaca buku-buku
yang dikumpulkan lewat program Indonesia Menyala


2.      Pengobatan Gratis
Saya pernah membaca catatan pinggirnya Goenawan Mohammad, dan terantuk pada kalimat ini, bahwa ‘definisi kesepian yang sesungguhnya adalah hidup tanpa tanggung jawab sosial’. Kalimat itu pula lah yang menggiring saya untuk berpikir ulang  mengadakan pengobatan gratis. Saya pernah terlibat hal serupa jauh di Tahun 2006, ketika saya baru saja bergabung di organisasi GMNI. Itupun hanya sebagai partisipan, tak terlalu jauh masuk ke dalam untuk mengurus segala persiapan dan pendanaannya. Setelahnya, di tahun-tahun berikutnya, nyaris tak ada program serupa, pun ketika saya menjadi ketua GMNI di Tahun 2008. Maklum saja, acara ini memang tidaklah mudah dan murah.


Dengan bantuan teman-teman FK, pengobatan gratis itu terlaksana di daerah Karangmenjangan. Masih di  sekitaran kampus B Airlangga (2006)

Mayoritas yang berobat memang lansia
yang tak mampu berobat ke puskesmas / rumah sakit (2006)

Tapi tahun ini, di Tulungagung, saya melihat kesempatan itu ada. berbekal sedikit relasi yang lumayan baik dengan teman-teman organisasi disini, saya nekat membawa proposal ‘pengobatan gratis’ masuk ke sejumlah universitas di Tulungagung. Respon awal lumayan menggembirakan. saya jadi tak sabar menghadiri rapat perdananya bulan ini ..

3.      Menerbitkan Buku
Inilah keinginan paling fluktuatif itu, bisa menguat tiba-tiba, bisa kendur tiba-tiba. Jujur saja, kendala utama seseorang untuk berani mempublish tulisannya, adalah penyakit ‘ ah, tulisan saya tak layak baca’. Saya mengidap penyakit itu setahun belakangan. Mencoba melawan seadanya dengan mulai membuat Blog. Respon yang saya terima beragam, ada yang mengapresiasi dengan sangat baik, bahkan ada yang terang-terangan menilai tulisan saya ‘lebay’.  Hingga beberapa hari lalu, seorang teman di FB yang tak begitu saya kenal, nun jauh Di Glasgow (UK) sana, meresonansikan semangatnya bahwa tulisan saya layak baca.  Dia, yang sebelumnya bukan siapa-siapa, menyeruak tiba-tiba, untuk meyakinkan bahwa keinginan’ menerbitkan buku’ ini sangat mudah diwujudkan. ( Thanks Mbak Siwi buat tantangannya. hehehe)


Revision everywhere . hehehe

Saya akhirnya, membuka lagi folder tulisan yang selama ini terkunci rapat. Beberapa esai saya tulis untuk dibukukan secara self publishing. Satu draft novel saya tulis ulang total (dengan tema yang sama) untuk saya ikutkan antrian di Bentang Pustaka/Gramedia.




4.       Menulis ‘serius’
    Keinginan untuk berjibaku dengan padatnya jadwal kuliah belakangan ini semakin menggebu. Sayangnya saya harus sedikit bersabar, pengaturan surat/ijin belajar untuk abdi negara baru turun setidaknya minimal dua (2) tahun masa kerja. Saya bahkan belum genap  satu (1) tahun resmi bergabung di KPU. Untuk pendidikan paska sarjana, saya masih menyimpan rapi mimpi untuk menduduki bangku ‘Leiden University’. Tidak ada alasan khusus sebenarnya. Saya otomatis jatuh hati pada leiden semenjak dihadiahi ebook ‘tamasya sejarah bersama Hatta’ oleh mantan pacar *uhuk* (keselek rombong bakso).

Kapan ya ? 

Karena ketidakberpihakan waktu, karena ritme dan budaya kerja yang rentan memperlemah daya kerja otak, saya mencari-cari ruang aktualisasi di luar kedinasan. dan media menjadi satu wadah yang teramat mungkin untuk dijangkau. Beberapa bulan terakhir saya mencoba menulis dengan isi yang lebih ‘serius’ demi berburu tempat di kolom kecil bernama ‘Opini’. dan percayalah menulis ‘serius’ itu sulit –atau mungkin karena belum terbiasa, belum lagi saya harus berkompetisi dengan ratusan tulisan lainnya yang masuk ke redaksi. Alhasil, saya jadi tak terlalu produktif , ogah-ogahan dan dikendalikan mood. Tahun ini, saya tak ingin lagi demikian. saya mau lebih  telaten menulis serius di media massa. di satu sisi, otak saya tak gembos, di sisi lain, dompet juga ga tepos. hehehe.




Saya sampe bikin listnya, biar ga kelupaan udah ngirim kemana aja

5.      Karimunjawa , Lombok,  Bali ?
Ehm, yang satu ini sudah cukup jelas. Liburan! saking antusiasnya, saya sudah mengecek seluruh hari libur dan cuti bersama di penanggalan 2012. Ajaibnya, banyak hari libur  lumayan panjang yang memungkinkan saya untuk travelling. yang menjadi pekerjaan selanjutnya adalah mencari partner sebuanyak mungkin untuk bergabung. Tak ada liburan seru yang di lewatkan sendirian, bukan?


Karimunjawa oh Karimunjawa

Saking niatnya, sampe buka rekening baru biar lebih rajin nabung. hehe


Oke, sepertinya cukup ini saja. kantuk saya kian menjadi-jadi, menjajah separuh kesadaran. Sebelum mengakhiri ini, saya berbisik pada diri sendiri : Tuhan, bantu saya ya?’.




Mendung menggantung di langit Tulungagung
Bantal guling sudah memangil-manggil
01.30 WIB 


“Terbangun di pagi hari, saya mendapati sms ucapan tahun baru berbunyi begini ‘ Bekerjalah lebih keras tahun ini, karena untuk seorang pekerja keras Tuhan akan meminjamkan tangan-Nya. What a beautiful synchronicity!”







4 komentar:

NH. Irani on January 3, 2012 at 12:21 PM said...

lha bu ris, protes neh: mana rencana buat"Tahu Bu RISK" nya? ga masuk resolusi th ini ya??? owh mungkin tahun depan ya? plus kawiiiin...gitu ya be'e??? hahahah.

R. Widyaniarti on January 3, 2012 at 12:31 PM said...

*Shine On : Sek2 mbak, itu kan judulnya hal-hal yang esensial. artinya buka usaha 'tahu bu ris' termasuk ga esensial. wkwkwk. kalo nikah mah ga usah pake rencana. besok ya besok aja. hihihi :p

siwi mars on January 3, 2012 at 4:32 PM said...

great riskaaaa....waw membacainya project-mu kayak nemu "aku" versi muda.ini hampir sama seperti postinganku "resolusi : lebih banyak kontribusi" yang diterjemahkan. Aku bahkan lagi pengen bikin perpus or bantuan buku di SDku dulu..aku sangat tertarik ikut Indonesia menyala..
*soal travelling..boleh tuh gabung, tujuannya kok ya hampir persis..saya di indo februari-juni utk riset, niatnya pengen jalan juga...
semangat wujudkan ur happiness project yaaa :)

R. Widyaniarti on January 4, 2012 at 8:18 AM said...

* Mbak Siwi : wah kok banyak bgt samanya ya kita mbak. jadi ngerasa nemu kembaran secara psikologis. hehehe. km ga usah jadi perintis mbak, langsung jadi koordinator penyala deh untuk area Glasgow. hahaha. Liburan? oh Ok2 , rencana pengen mei-an gitu sih, ngepas2in ma sweet 25! jiaaahhh :p

Post a Comment

 

Riska Widya W Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos