Friday, December 16, 2011

Prajab & 'Jalan Yang Memutar'


“Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita demi menjadi diri kita lagi” 
(Dewi Lestari dalam Perahu Kertas, 2009)

Akhir september lalu, saya baru saja usai mengikuti diklat prajabatan di Islamic Centre Surabaya. Waktu itu, bayangan 3 minggu yang menjemukan sudah menari-nari di depan mata. Apriori terhadap prajab semakin menggunung tatkala menyadari betapa ruwet persiapan yang harus saya lakukan. saya harus membawa travel bag, ransel, dan tas jinjing untuk menampung semua amunisi khas perempuan. belum lagi, isu ‘lulus/tak lulus’ tentang prajab yang didesas - desuskan oleh sebagian rekan senior cukup membuat kepala pusing lebih dari 7 keliling. satu satunya penghiburan hanyalah kata ‘surabaya’, kota dengan ribuan laci kenangan.

Dan benar, prajabatan memang seperti yang sudah saya bayangkan. lebih buruk bahkan. saya tak pernah mengantisipasi soal betis yang mengeras karena sehari apel tak kurang dari 7-8 kali, saya tak jua mengira akan selalu mengenakan baju hitam putih dan setelan training biru sepanjang hari, saya juga harus rela terkantuk-kantuk di depan pintu kamar mandi mulai jam 3 dini hari, sekedar mengawali antrian mandi agar tak terlambat apel pagi.

 Singkatnya, rutinitas berulang selama prajab terpotret cukup jelas dari foto-foto yang hendak saya tampilkan di bawah ini. semua foto hasil jepretan teman saya. selain karena tak membawa kamera, saya juga tak cukup ‘peka’ menangkap momen secara utuh. 


Usai subuh, sekitar pukul 05.00, lagu-lagu dangdut koplo sudah diputar keras-keras seantero lokasi prajab. kami yang dikamar biasanya tergopoh-gopoh berganti baju, bedak cemong sana sini, tak sempat pakai parfum, ataupun berdebat soal kaos kaki dan  topi yang tertukar. semuanya lazim terjadi tepat sebelum kegiatan apel, senam pagi dan latihan baris berbaris dimulai.


ini rutinitas yang paling tak saya sukai. saya sering menggerutu jika berlalu terlalu lama di bawah terik matahari  dan berjalan tercepuk-cepuk di belakang barisan karena jangkauan rok sepan yang terbatas. sialnya, rutinitas ini paling banyak dilakukan selama prajab. makan baris, masuk kelas baris, bubar kelas baris, pelajaran baris lagi. singkatnya, tiada awalan dan akhiran kegiatan tanpa baris -berbaris.


awalnya, ini bagian paling favorit. lama-kelamaan saya jadi semacam phobia dengan kegiatan yang satu ini. layaknya Ibu hamil yang ‘sensitif’ terhadap satu dan lain hal, saya seminggu terakhir bisa mual mendadak hanya dengan mencium aroma masakan yang dihidangkan. mungkin karena bosan atau variasi lauknya yang memang  terbatas.


Sesi materi dimulai pukul 08.00-17.00. Jangan tanya bagaimana situasinya. Saya (dan yang lain) bertempur mati-matian melawan bosan dan kantuk. Permen kopi bisa sepuluh bungkus sehari, minyak angin macam ‘fresh care’ tak lagi digosokkan ke perut atau leher. tapi di ujung kelopak mata, demi membuat kesadaran tetap pada tempatnya.


Ini mess di gedung A. bagus ya? sebagian malah ada AC nya.
coba dong liat mess yang saya tempati  kayak di bawah ini. Alhamdulillah, sesuatu banget pokoknya ..



Nah, ini dia gedung yang saya tinggali selama 3 minggu. Asrama C. di salah satu kamarnya, saya harus tidur ber 8. Dengan model ranjang susun, saya kebagian tidur di atas. sedang yang di bawah adalah ibu-ibu muda dengan perut hamil tua. ada AC nya ? oh lebih alami kalo punya saya. yaitu angin malam yang menerobos dari sela-sela kusen jendela yang sudah pecah kacanya.
Semriwing wing ..


Saya yakin, kegiatan ini pasti jadi kegiatan favorit semua peserta prajab. nge-kantin! kantinnya cuma satu, yang dilayani ratusan. bayangkan saja ramainya. saya juga ga mau ketinggalan dong! ngebakso, nge mie, ngopi, cemal-cemil, sesekali nggosip sana sini. hahaha..


Selain nge kantin, kegiatan yang lumayan bikin refresh adalah sholat di Masjid. saya jarang sekali sholat di kamar. Selain kamarnya sudah sempit dan penuh sesak, wudhunya juga harus antri bertahun-tahun! kalau di Masjid, rasanya lebih ayem. Bonusnya, bisa sambil nyemil rujak manis yang biasanya selalu nongkrong manis ketika Maghrib menjelang. (tetep cemal-cemil) hehehe..


Ini view halaman depan Islamic Centre kalo malem. diambil dari angle salah satu kelas di lantai atas pas kegiatan review buku.. sumpah ya, di luar pager itu, ditenda-tenda itu, banyak PKL dengan jajanan yang menggoda iman, tapi sayang, ga bisa keluar, kalaupun mau harus nitip ke mbak-mbak kantin dengan harga 2 kali lipat L


Sepertinya, semua yang saya tulis diatas isinya keluh kesah ya?

Sejatinya, kalau mau dipikir dengan bening, tidak semuanya menjemukan dan menjengkelkan. seperti halnya positif dan negatif yang saling hadir untuk menyeimbangkan, keikutsertaan saya di prajab juga menyadarkan akan 1 hal penting dalam jatuh bangun hidup sepanjang tahun ini. adalah tentang mimpi, tentang masa depan ..

Ironisnya, ‘enlightment’ itu hadir di kelas terakhir dengan materi yang tidak seserius hari-hari sebelumnya. Adalah materi ‘Pola Pikir” yang telah mengobrak-abrik imaji saya hingga hari ini, hingga catatan ini saya buat. Sederhana sebenarnya, Widyaiswara (pengajar) waktu itu menginginkan masing-masing dari kami membuat ‘career map’. Artinya, saya harus membuat setiap capaian karir yang saya inginkan ke depan lengkap dengan range waktunya. saya ingat betul, sepersekian menit setelahnya, saya hanya mampu menatap nanar pada kertas buram yang sudah disediakan. Tangan dan otak saya macet. Bolpoin saya tak kunjung menuliskan alphabet apapun.

Sungguhpun, setelah pada akhirnya saya berhasil menulis beberapa point capaian, hasilnya sama sekali tak berkorelasi dengan career saya saat ini. tak berkorelasi dengan PNS ataupun dengan KPU (institusi saya bekerja). entah karena posisi duduk saya paling depan atau karena melihat dahi saya yang tak habisnya berkerut, widyaiswara itu (saya lupa namanya) akhirnya menghampiri dan menundukkan lehernya untuk mencuri baca hasil pekerjaan saya . Responnya ? dahinya berkerut lebih banyak dari saya, serius!

Bagaimana tidak, yang saya tuliskan itu adalah poin-point ‘ngawur’ seperti ini :
1.      Menerbitkan Novel
2.      Melanjutkan master sebelum 30 tahun
3.      Punya yayasan dengan charity dan empowerment berkala untuk anak dan perempuan
4.      Menjadi dosen di univ negeri
5.      Hidup damai dengan 3 anak yang pintar dan suami baik hati di sudut kecil Jogjakarta

See ? capaian-capaian saya itu, sama sekali berbeda dengan teman –teman sebelah kanan kiri. tak ada capaian ingin jadi kepala dinas, akselerasi kenaikan pangkat, jadi sekda dll. tak ada hasrat atau perburuan ke jabatan strukutural. saya kemudian, menarik mundur labirin waktu sebelum saya sampai di posisi sebagai CPNS di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Bisa jadi, paruh akhir 2010 adalah momentum perjuangan paling berat yang pernah saya jalani. lepas dari beban kelulusan, beban sebagai ‘job seeker’ ternyata jauh lebih melelahkan. saya bersikukuh tak mendaftar ke perusahaan swasta atau perbankan seperti yang dilakukan oleh semua teman sejurusan. saya berkeras hati untuk membuat gelar “Sarjanan Ilmu Administrasi Negara’ ada artinya. pilihan yang paling saya kehendaki waktu itu adalah mengajar, menjadi dosen. tapi mimpi saya bertepuk sebelah tangan. waiting lists menjadi dosen di jurusan saya sudah mengular. semua kandidat sudah bergelar master dengan pengalaman yang mumpuni. mayoritas adalah senior saya yang usianya mendekati 30 tahun-an. jadilah saya mundur teratur, menyadari tipisnya peluang .

Saya akhirnya banting arah mengikuti seleksi CPNS. Saya berangkat ke ibukota, menantang Jakarta. Saya berkeyakinan masih ada peluang tanpa embel-embel ”KKN” jika saya mengikuti seleksi di pusat. Jadilah saya gila-gilaan mendaftar di beberapa kementerian dan Lembaga Negara. Hamper setiap hari, selalu ada jadwal tes masuk ke sejumlah instansi. Kalau soal terbirit-birit mengejar kopaja saya paling hafal sensasinya, bangun pagi buta demi menghindari macetnya jalanan saya belum lupa rasanya, dikejar anjing di kompleks elite, makan bakso semangkok 16 ribu, menjelajah Jakarta dengan bekal ‘ancer-ancer’ dan nomor bus, wah.. itu semua masih nempel betul di otak saya.

beberapa kartu ujian CPNS  yang sampai sekarang tetap saya simpan dengan baik


 tersesat di kompleks senayan setelah tes LIPI.
Kelaparan dan kehujanan

Perburuan itu akhirnya berujung. Saya diterima di salah satu seleksi CPNS. Meskipun ‘keserakahan’ saya untuk seleksi di banyak instansi sempat membuahkan dilema, saya akhirnya memantapkan hati memilih KPU. Selain penempatan nya yang di Jatim, fokus pekerjaannya tak jauh berbeda dengan apa yang saya jalani semasa perkuliahan. Setidaknya, saya tak betul-betul terputus dengan dunia yang sudah saya kenal sebelumnya ..

Barangkali inilah yang dimaksud oleh Dewi Lestari sebagai ‘Jalan Yang Memutar’. Bahwa kita harus menjadi orang lain demi menjadi diri kita lagi. Dalam penokohan Novel perahu kertas, ada Kugy yang ingin menjadi penulis dongeng dan Keenan yang ingin jadi pelukis. Karena keadaan, mereka terpaksa menjadi sesuatu yag bukan diri mereka. Kugy bekerja sebagai copywriter dan Keenan mengurus perusahaan ayahnya.

Saya tak berkeberatan untuk memilih ‘jalan yang memutar’, sekalipun itu lebih jauh dan melelahkan. Setidaknya saya tahu tujuan dan terminal akhir yang saya tuju. Saya memilih berputar di KPU, bekerja dengan sepenuh hati di dalamnya untuk kemudian merengkuh ‘mimpi-mimpi’ sederhana saya itu, bagaimanapun caranya ..


Here I am (cari sendiri ya!)
Dengan beberapa tim KPU dari kabupaten lain ketika prajab september lalu




















6 komentar:

Sari Rasidah on December 19, 2011 at 10:30 PM said...

meskipun jalannya memutar dan "mungkin" sedikit agak jauh,,,bukankah ada semacam kepuasan ketika kita tahu telah berhasil melewatinya...
hehe kemeruh...

R. Widyaniarti on December 20, 2011 at 8:31 AM said...

ah momy sari .. life is bout jouney, isn't ? yuk sama2 kita nikmati pejalanan ini. hehe

Daru on December 20, 2011 at 9:21 PM said...

‘enlightment’ itu hadir di kelas terakhir, setuju puuuol aku.
Gak nyangka...berguna juga foto-fotoku yang asal jepret itu dan kayaknya kamu memang bakat jadi penulis buku lho, kalo aku seh paling cuman bisa nulisi buku hehehe...

R. Widyaniarti on December 21, 2011 at 9:01 AM said...

wadah yang punya foto nongol ini. saking girangnya dapet 'enlighment' sampe semuangat njoget pas closing mas yo? hahaha. bakat itu enigma, sebuah misteri. dan sepertinya, kamu juga bakat dadi tukang poto mas. tapi ojo nyambi moto nang puskesmas lho yo ..hehe

siwi mars on December 28, 2011 at 11:08 PM said...

ur job is not (always) ur career..pernah dengerin rene suhardono??penulis buku your job is not your career?
* tulisan ini mengingatkan pula pada diri saya sendiri, pernah dan terkadang masih diliputi rasa itu. pekerjaan saya sebagai dosen, sedangkan karir saya adalah seorang penulis. kita bisa kehilangan pekerjaan, tapi tidak akan pernah kehilangan karir..kadang melelahkan..tapi seru juga.mari nikmati...
--btw list-nya kok ada beberapa yang sama ya....ahaha

R. Widyaniarti on December 30, 2011 at 8:46 AM said...

pernah denger quote itu, tapi ga tau kalo Rene Suhardono yang bilang. hehe. benul banget mbak. life is like rollercoaster, just enjoy the ride! :)

Post a Comment

 

Riska Widya W Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos