Monday, October 24, 2011

Lelaki Bulan (1)




Pada sebuah sore yang biasa saja -setelah berhari-hari beku dalam kecanggungan karena belum kenal- kami akhirnya bercakap, yang menurutnya (mungkin) tanpa kesengajaan. Kami akhirnya bertemu lewat kata-kata, dengan jarak setipis laba-laba yang menggantung di jaring-jaringnya.  yang teramat lekat, saat ia berujar “ada bulan yang tertangkap sempurna, ketika aku justru tak berniat memotretnya”.

maka, kusebut saja ia lelaki bulan.


karena segala tentangnya adalah pucat pasi. senyumnya sekuning bulan yang menggigil kedinginan.

dan segala tentangnya adalah buram tanpa cahaya.

seburam retina menangkap ketenangan mata  yang berselimut sepi tanpa tepi


ya, Segala tentangnya adalah gelap pengap.

Sepekat malam yang terpekur sendirian karena lelah berharap.

 ----

Karena diam dan keengganannya mengorbit, membuatnya tersembunyi dari peredaran. Tapi sejak pertama, aku sudah memperhatikannya, diantara lalu lalang yang hingar.


----

(Menjelang akhir tahun. Di sebuah tempat asing. beberapa menit yang istimewa)

1 komentar:

Anonymous said...

Wah, ada beberapa baris yang dikutip dari puisi orang lain ya? Saya kenal betul kata-kata saya :)

Post a Comment

 

Riska Widya W Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos